VIRUS
BANYAK virus di sekitar kita. Virus penyakit, virus sehat, virus sebagai pengganggu, atau virus perusak.
Virus, menjadi gambaran betapa teritori sudah tak efektif. Segala virus terus berkembang. Ketika perdebatan tentang virus HIV masih terjadi di negara maju, di negara berkembang malah belum apa-apa. Sepuluh tahun setelah perdebatan di negara maju memuncak, negara-negara berkembang sudah dipenuhi pada orang yang tertular HIV.
Dua tahun yang lalu, kasus flu burung terdengar di Hongkong. Kini, jangan-jangan di rumah kita mungkin sudah terkena flu burung melalui hewan-hewan yang kita pelihara. Tak terbayang sebelumnya, ketika tiba-tiba di kawasan Banda Aceh sampai Aceh Utara sudah ditemukan flu burung yang mematikan itu.
Virus-virus ternyata sangat cepat berkembang. Virus penyakit lambat laun menjadi ancaman masyarakat global secara keseluruhan. Saat virus Antrax muncul, beberapa negara maju malah saling berlomba untuk menemukan penangkalnya. Apa yang terjadi? Ternyata sampai kini, tidak ada negara yang berhasil memisahkan semua virus.
Belum lagi virus-virus yang melanda dunia dalam bentuk yang berbeda. Seorang yang dipuja di negara lain, tiba-tiba sudah ada yang mencontoh di negara ini; orang memakai anting, kita memakai anting dan sebagainya. Ketika masalah fungsi alat vital laki-laki dianggap bisa diselesaikan dengan sebutir viagra, banyak dijumpai kasus di Indonesia tentang laki-laki yang tewas karena degup jantung mengencang setelah minum viagra.
Viagra termasuk salah satu virus untuk menyelesaikan masalah seks. Seorang penjual jamu di sudut kota Lhokseumawe, kepada saya menceritakan; di sekitar kita, tersedia banyak sekali obat kuat dan itu sangat alamiah. Tapi kita berpaling, karena kekayaan kita belum menjadi semacam virus.
Selebihnya, virus pengganggu sudah meributkan orang-orang di jagad. Perusahaan sowfware komputer dengan para hacker berlomba-lomba saling menantang lewat dunia maya. Virus yang satu bisa ditangani, lalu muncul virus perusak yang lain. Seseorang nyelutuk, jangan-jangan ada persandingan di tengah persaingan dalam hal virus, katakanlah semacam untuk keseimbangan –ada yang sakit dan ada yang diobati.
Logis, walau belum tentu benar. Sebuah antipenyakit selalu membutuhkan penyakit untuk membuktikan bahwa antipenyakit itu ampuh. Masa, ternyata turut menampakkan sebagian gejala ini. Walau dalam konteks virus, belum tentu seperti itu.
Terlepas, virus telah menjadi kekuatan baru yang barangkali tanpa kiblat, tanpa batas. Ketika virus sudah merajalela, lahirlah perang untuk gejala. Tapi musuh selalu samar hingga kekuatan pendeteksi dari negara sekaliber Abang Sam (AS) sekalipun, susah untuk menundukkan pemiliknya.
Jangan lupa, ini juga akan menjadi kuasa. Orang-orang yang membuat virus komputer, akan bangga ketika pengaman dari berbagai negara tidak mampu menangkalnya. Di Indonesia, seorang mahasiswa yang baru belajar komputer, menembus sebuah website penting dalam perhitungan suara pemilihan umum. Ini juga virus dan akan menampakkan kuasa, walau orang yang membuat tidak seperti orang tertentu di gampong yang sering berucap: bek ka meu ayang ngoen kee (jangan bermain-main dengan saya).
Beberapa hari yang lalu, ketika saya sedang chatting, tiba-tiba sebuah virus masuk lewat sebuah alamat web para bugil. Alamat itu masuk lewat yahoo messenger seorang teman yang dengan akal sehat saya pikir, itu tidak mungkin di kirim kepada saya. Lalu saya buka karena menganggap itu bukan kumpulan bugil. Apa yang terjadi, alamat ym teman-teman saya, semua terkirim alamat itu.
Ada yang berfikir bahwa itu tidak mungkin saya kirim kepada mereka, karena mereka tahu karakter saya. Tapi ada yang lain, mengatakan, apa yang tidak mungkin di dunia ini. Seorang teman yang kuliah di negara Abang Sam (AS), malah menegur saya dengan keras.
Virus, tentu tidak mungkin bisa mendeteksi harapan kita untuk berpikir negatif tentang orang lain. Pembuat virus adalah kuasanya sendiri, dan mungkin juga akan mengatakan, nyan ka kalon kee (ini lihatlah perilaku aku!).
Virus-virus yang disebar dengan sengaja, adalah persoalan ingin menunjukkan kuasa. Tentu, tidak penting bagi mereka untuk melihat siapa yang akan menjadi korbannya.
Kalaulah Anda tidak percaya dengan yang saya katakan, baiknya tak usahlah turut mencari virus.[]
(Sulaiman Tripa)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda