Selasa, 09 September 2008

Kerakusan TV

RAMADHAN, TV, dan Kerakusan
(Sulaiman Tripa)

BULAN Ramadhan, hampir kita selesaikan. Sejak awal, perasaan bahagia datang. Bahagia karena bulan penuh rahmat dan maghfirah itu bisa kita jumpai. Bulan penuh ampun. Bulan yang akan digantikan berlipat ganda nilai ibadah yang kerjakan.

Bagi yang bertekad ibadah, tentu bahagianya sangat berbeda. Orang berjenis ini sangat berbahagia sekujur tubuh menyambut puasa. Begitu pula ketika Ramadhan mau meninggalkannya, ia akan menangis.

Berbeda dengan orang ini, ada juga orang yang berbahagia karena alasan hitung-hitung pendapatan. Ada orang yang bahagia datangnya bulan Ramadhan, bukan karena bulan itu memiliki kelebihan, tetapi karena bulan itu menjanjikan pendapatan yang akan didapat berlipat-lipat.

secara kasat mata, jenis ini bisa kita jumpai di mana-mana. Orang-orang yang berjualan sebelum tiba waktunya, merupakan jenis ini.

Namun yang paling aktual, bagaimana perilaku-perilaku perusahaan besar pertelevisian dalam menyambut puasa ini.

Ramadhan juga punya makna ekonomi bagi mereka. Ramadhan bukan sekedar penghambat tayangan demi tayangan, tapi justru memberi bentuk baru untuk melahirkan tayangan yang tidak kalah berlipat keuntungannya.

Inilah, saya hubungkan dengan televisi. Tayangan dalam berbagai televisi seperti berlomba-lomba dengan kata Islami, begitu Ramadhan di depan pintu.

Artis dan pendukung dihadirkan, program tayangan dikampanyekan. Semua disesuaikan dengan masuknya Ramadhan. Ada kata-kata Islami, atau paling tidak yang mendekati, karena ini bulan Ramadhan.

Lalu, marilah kita lihat sinetron-sinetron, yang diputar dari ashar sampai jula malam. Sinetron-sinetron yang dikatakan Islami itu juga dihadirkan dengan tayangan-tayangan yang anti Islami.

Kerakusan televisi untuk menjual jam tayang tak juga berkurang dengan datangnya Ramadhan. Malah sebaliknya, dengan Ramadhan itu, kerakusan itu makin berlipat-lipat.

Ini tentu, sebagai fenomena yang menggelisahkan. Kita harus kritis terhadap fenomena ini. Fenomena ini adalah kesesatan yang akan membawa kita ke arah suasana yang suatu saat tidak bisa lagi membedakan (dan mengajarkan kepada anak-anak kita) yang mana yang Islami dan yang mana yang tidak Islami.

Wallahu 'aklam.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda