Senin, 20 Oktober 2008

SMS

(Sulaiman Tripa)

SMS, short massage service, atau layanan pesan pendek, telah menampakkan fenomena tersendiri. Ada banyak hal menarik mencuat di sekelilingnya. Dan, kita dengan penuh kesadaran mengetahui berbagai fenomena yang ada di sekeliling itu.
Betapa pesan pendek sangat membantu orang untuk saling meminta-ucapkan (mohon) maaf. Tentu, merupakan suatu perilaku yang patut dipuji dan gentlement bagi kepentingan manusia dan kehidupan akhiratnya.
Dengan pesan pendek telah membantu orang untuk saling memaafkan. Silaturrahmi berlangsung tidak secara langsung. Tapi orang-orang selalu bertukar kabar dan kebaikan lewat untaian kata-kata yang dimaui.
Bagi manusia, fenomena itu menampakkan gejala yang sangat membanggakan sekaligus menggelisahkan. Membanggakan karena layanan pendek itu, SMS itu, telah membantu kita yang tidak mungkin menyampaikan sesuatu secara langsung. Orang-orang yang kiranya ada masalah dengan orang lain dan masih terhambat bila ketemu secara langsung, maka SMS bisa menjadi salah satu jalan keluarnya.
SMS telah menampakkan bahwa begitu mudah orang saling meminta maaf bila ada sesuatu yang dirasakan terganjal dari orang lain. Tentu, mudah pula bagi orang untuk mengetik kata-kata berupa pemaafan.
Sekaligus, fenomena demikian juga menggelisahkan ketika ”pertemuan” sudah tidak menjadi lagi ”hajatan” yang sakral bagi kita semua. Betapa untuk mengucap selamat dan meminta maaf dalam menyambut puasa dan hari raya, semakin sederhana dengan beberapa kata lewat SMS. Seperti sudah runtuh anggapan banyak orang bahwa memberi ”hormat” kepada orang lain, tentu akan berbalas dengan kita akan dihormati.
Dalam masyarakat kita, keharusan tatap muka adalah keniscayaan dari keadaban tali silaturrahmi. Dengan tatap muka, kita bisa dengan elok melihat wajah orang secara langsung: marah, tidak senang, bahagia, tersenyum, dan sebagainya. Ini tidak mungkin terlihat bila hanya mengirim SMS.
Pesan pendek semakin menyebar dalam hal memberitahukan berbagai undangan: pernikahan, sunat rasul, khanduri ini dan itu. Seolah, pesan pendek atau SMS sudah semakin mendapat tempat untuk menggantikan ranup peu mameh haba, mengutus perwakilan untuk menyampaikan undangan, atau bahkan menggantikan peran ketikan di selembar kertas (luks atau tidak).
Pesan pendek semakin murah. Belum lagi antar masing-masing empunya layanan seluler saling berlomba memberi kemurahan. Kita bisa memilih dari berbagai alternatif: Rp1 per SMS, Rp1 per huruf, Rp90, atau Rp350. Iklan layanan seluler malah semakin memperlihatkan perlombaan memberi kemurahan –walau ada sebagian yang menipu secara halus. Di samping itu, kemudahan lainnya adalah kemudahan mendapatkan isi ulang. Jadi pulsa isi ulang, sekelas sachet atau elektrik, bertebar di mana-mana.
Semua fenomena ini menampakkan betapa SMS menampakkan gejala peran penting di masa mendatang. Melalui fasilitas SMS telah mengurangi durasi kita untuk saling bersilaturrahmi secara langsung.
Selebihnya, dunia dibuat semakin mudah. Tentu, tergantung kita bagaimana memanfaatkan kemudahan itu. Masalahnya, apakah kemudahan itu kemudian membuat kita semakin tidak manusiawi?
Apakah ini menjadi salah satu persoalan? Sepertinya, semuanya sangat tergantung pada kita masing-masing. Percayalah![]

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda